Struktur Tubuh, Sistem Reproduksi dan Kandungan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

  Jamur Tiram Putih 

( sumber: https://bibitbunga.com/cara-menanam-dan-budidaya-jamur-tiram/ )

Jamur merupakan tumbuhan yang tidak berklorofil dan tumbuh di tanah maupun kayu yang mulai lapuk. Pada saat ini jamur sering diolah menjadi bahan makanan maupun obat-obatan. Jamur yang bisa dikonsumsi ini salah satunya yaitu Jamur Tiram.

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) termasuk dalam jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes yang mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Jamur tiram umumnya dikenal karena bentuk tudungnya mirip tiram (kerang) dan letaknya yang eksentrik pada batangnya (stipe). Jamur tersebut adalah cendawan yang tumbuh dengan cepat dan secara alami tumbuh pada pohon ( sumber: http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/06/jamur-tiram/ ).

 Jamur tiram merupakan jamur kayu makroskopik yang memiliki bentuk tubuh buah membulat lebar dan melengkung seperti kulit kerang (tiram). Morfologi tubuh buah jamur tiram terdiri atas tudung (pileus) dan tangkai (stipe) ( Gambar 1 ). Permukaan atas tudung licin dan tepinya bergelombang. Tangkai jamur tiram berada tidak tepat pada tengah tudung, melainkan mendekati bagian lateral (bagian tepi). Ukuran tangkai dapat mencapai 2-6 cm, tergantung pada kondisi lingkungan (Alexopoulos dkk. 1996: 508; Djariah & Djariah 2001: 12).

Jamur tiram memiliki dinding sel yang tersusun oleh polisakarida, lipid, dan protein. Dinding sel jamur tiram mengandung 75-90% polisakarida yang terdiri atas kitin dan glukan. Kitin merupakan komponen skeletal yang ditemukan pada sebagian besar dinding sel jamur, sedangkan glukan merupakan komponen penguat dan pemberi bentuk dinding sel jamur (Farkas 1985: 4-7).



(sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-basidiomycota/)


Proses reproduksi basidiomycota dapat terjadi secara aseksual serta seksual:

a. Reproduksi Aseksual (Vegetatif) Basidiomycota

Reproduksi dengan secara aseksual ini terjadi dengan membentuk konidiospora. Konidia ini ialah sebuah spora yang dihasilkan dengan cara membentuk suatu sekat yang melintang diujung hifa atau juga dengan cara diferensiasi hingga setelah itu terbentuk banyak konidia. Hifa haploid yang sudah dewasa tersebut akan menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung konidiofor itu lalu terbentuk spora. Setelah itu spora akan diterbangkan oleh karna angin. Apabila kondisi lingkungan tersebut menguntungkan, maka konidia tersebut akan berkecambah dan menjadi hifa yang haploid.

b. Reproduksi Seksual (Generatif) Basidiomycota

  • Reproduksi seksual ini terjadi dengan pertemuan antara hifa (+) serta hifa (-).
  • Pertemuan tersebut akan membuat terjadinya suatu proses plasmogami (larutnya dinding sel). Setelah itu inti dari salah satu hifa tersebut akan pindah lalu masuk ke hifa yang lainnya.
  • Proses ini membuat terbentuknya hifa dengan dua inti haploid tersebut berpasangan sehingga kemudian disebut dengan dikariotik.
  • Hifa diploid dikariotik ini lalu akan tumbuh menjadi miselium haploid yang dikariotik.
  • Miselium tersebut juga tumbuh membentuk tubuh buah yang disebut dengan sebutan basidiokarp.
  • Pada ujung-ujung hifa basidiokarp tersebut terjadi penyatuan dua inti haploid di dalam basidium itu menjadi diploid. Proses penyatuan tersebut disebut kariogami.
  • Basidium tersebut kemudian membentuk 4 tonjolan yang disebut dengan sterigma pada ujungnya.
  • Inti diploid di dalam basidium itu lalu membelah dengan secara meiosis menjadi 4 inti haploid (n)
  • Selanjutnya inti itu akan masuk ke salah satu tonjolan sterigma serta akan berkembang menjadi basidiospora.
  • Apabila basidiospora itu terlepas dari basidium kemudian jatuh pada tempat yang sesuai, maka selanjutnya mereka akan tumbuh menjadi sebuah hifa baru yang haploid. ( Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-basidiomycota/ ) 


( Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-basidiomycota/ )

Jamur Tiram umumnya dijumpai di kayu yang berdaun lebar di musim semi dan musim gugur, khususnya di kayu kapuk, oak, maple, aspen, ash, beech, birch, elm, willow dan poplar. Satu ekotipe terjadi pada conifer berdaun jarum/pine conifer (Abies species) yaitu Pleurotus ostreatus yang telah berbagai macam didiskripsi sebagai varietas Pleurotus ostreatus terpisah tetapi ada hubungan yang dekat. Oyster mushroom telah dikatakan berasal dari species konifer yang lain tetapi tidak seperti biasa yang diketemukan di kayu mati. Meskipun demikian kadang-kadang ditemukan pada pohon yang mati, Pleurotus ostreatus di ketahui sebagian saprofit tetapi bisa menjadi fakultatif parasit ketika inangnya dalam keadaan stress, sebagai modal memperbarui jaringan yang mati. Seringkali terjadi pada karung kompos jerami, dan di Meksiko dapat diketemukan pada bubur limbah produksi kopi. Fruiting (tudung-tudung) jenis spesies ini pada umumnya muncul melimpah di lembah yang rendah. Bau khas mycelia yang manis, dari kejauhan seperti adas, sangat menarik, dan hampir mirip seperti almond. (Stamets, 2005)

          Selain itu, jamur tiram juga kaya nutrisi loh J. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. ( Utama, 2013 ). Jamur tiram mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit seperti darah tinggi, jantung, serta diabetes. Kandungan asam folat dari jamur tiram cukup tinggi sehingga dapat menyembuhkan anemia dan obat anti tumor (Pasaribu, 2002).

Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi seperti protein, serat, karbohidrat yang cukup tinggi.

Daftar Pustaka:

Utama, Putra, dkk. 2013. Jurnal The Use of Various Growth Substrates to Make Stock Culture of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus). Banten: Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Alexopoulos, C. J., dkk. 1996. Introduction Mycology 4th Edition. Ney York: John Wiley & Sons, Inc.

Cahyana, M. Dan Bakrun M. 2004. Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.

Djarijah, Abbas Siregar. 2001. Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius.

Farkas, O., Jakus, J. & Héberger, K. 2004. Quantitative Structure – Antioxidant Activity Relationships of Flavonoid Compounds, Molecules, 9, 1079- 1088.

Pasaribu, dkk. 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang Menembus Pasar. Jakarta: Grasindo.

Stamets, P. 2005. Mycelium Running: How Mushrooms Can Help Save the World. California: Ten Speed Press.

Suriawiria, U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yoyakarta: Kanisius.

https://bibitbunga.com/cara-menanam-dan-budidaya-jamur-tiram/ ( Diakses pada 17 Maret 2020. 19: 50 )

http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/06/jamur-tiram/ ( Diakses pada 17 Maret 2020. 19: 39 )

https://pendidikan.co.id/pengertian-basidiomycota/ ( Diakses pada 17 Maret 2020. 19:43 )


Komentar